Tampilkan postingan dengan label opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label opini. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Maret 2014

Internet Tri atau XL Super Ngebut?

Teknologi berkembang semakin pesat (halah). Saat ini, saya dan istri saya merasa mulai tergantung dengan internet. Mulai dari urusan kampus, bisnis, pribadi, hampir semuanya mengandalkan internet. Apalagi sekarang kami memulai usaha baru yaitu sprei dan bedcover yang kami beri merk "Angler". Hampir semua komunikasi terutama yang bisnis dilakukan secara online lewat facebook, whatsapp, maupun lewat BBM.

Bagi yang berada di jalur yang dilewati kabel telkom, barangkali internet bukan masalah lagi, karena selama ada jaringan kabel telkom, ada banyak layanan baik dari telkom maupun provider yg lain (misal UIINet). Sayangnya, kami berada di daerah yang cukup jauh dari kabel telkom. Dulu kami pernah mencoba mengajukan ke telkom, tapi syaratnya harus ada minimal 10 orang yang pasang, atau kalau mau membayar sendiri harus merogoh kocek 5 jutaan (hanya untuk instalasi kabel).

Sejak tahun lalu, kami membeli modem dari S***T dan selalu membeli paket 200 ribu per bulan. Awalnya memang bagus, tapi mungkin karena banyak banget penggunanya, kualitasnya semakin menurun. Koneksi yang dulu reliabel akhirnya sering putus. Ya, maklum lah, kan di CDMA ada cell breathing, artinya kalau penggunanya banyak, maka wilayah cakupan dari sebuah BTS jadi semakin berkurang.

Setelah sabar begitu lama dengan layanan yang sering disconnected, akhirnya kami memutuskan untuk mem-pensiun dini-kan modem *M*R* tersebut. Kami memutuskan untuk pindah ke Tri. Tri menawarkan internet yang lumayan murah, yaitu 48 ribu untuk kapasitas 5GB. Menariknya kuota tersebut bisa digunakan seharian penuh.

Karena kami di rumah ndak punya TV, maka kami sering nonton film anak2 dari Youtube. Walhasil, 5GB itu terasa sedikit sekali. Akhirnya, ada taktik baru: mendownload film di kampus (ssssttttt... jangan bilang-bilang), lalu menontonnya di rumah bareng anak2. Tapi, lama2 ngerasa gak enak sendiri karena menghabiskan kuota kampus hanya untuk kepentingan pribadi.

Dari informasi seorang kolega, kami mencoba XL Super Ngebut. Wah, memang bener2 murah. 12GB hanya 20 ribu. Sayangnya kapasitas 12GB ini tidak bisa dipakai seharian. Mereka membuat kebijakan bahwa yang 11GB bisa digunakan dari jam 12 malem sampai 12 siang dan sisanya (1GB) bisa dipakai dari jam 12 siang sampai 12 malem (tapi ya tetep lumayan lah...).

Seandainya anda sedang galau memutuskan apakah Tri atau XL, berikut saya kasih tabel untuk perbandingan.

Tri XL Super Ngebut
Harga 25rb - 2GB, 48rb - 5GB 20rb - 12GB
Pemakaian kuota Seharian penuh Hampir semua untuk malam & pagi (12 malam sampai 12 siang)
Kestabilan koneksi* Stabil Kadang putus
Ketika habis kuota Bisa mengakses 11 situs favorit Tidak bisa mengakses apapun
Cek kuota internet.tri.co.id atau dengan aplikasi bimatri 123.xl.co.id atau dengan aplikasi MyXL

Udah itu dulu ya... Semoga bisa sedikit jadi bahan pertimbangan.... Besok kalau ada ide insya Allah ditambahin.... Atau kalau mau nambahin di komentar juga sangat-sangat boleh...  

*) di daerah saya (Bintaran Kulon, Piyungan, Bantul, Yogyakarta). Di daerah lain mungkin beda

Sabtu, 08 Februari 2014

Kilatan Ide

Great minds discuss ideas,
Average minds discuss events,
Small minds discuss people
(Eleanor Roosevelt, 1884-1962)
Anda pasti tidak asing lagi dengan quotation tersebut. Ya, pikiran orang besar penuh dengan ide, pikiran orang sedang penuh dengan kegiatan dan pikiran orang kecil penuh dengan pikiran tentang orang lain. Mengapa ide hanyalah milik orang-orang besar? Karena semua hal besar diawali dengan sebuah ide, kemudian diikuti dengan ide-ide yang lain yang menyempurnakannya. Kemenangan umat Islam di perang parit (khandaq) juga diawali oleh sebuah ide brilian dari Salman al-Farisi. Konsep gaya gravitasi pun juga diawali dengan sebuah ide yang muncul ketika Newton kejatuhan sebuah apel. Ya, sesuatu yang besar pasti diawali oleh sebuah ide.

Dalam perjalanan hidup kita, terkadang Allah memberikan kepada kita kilatan-kilatan ide pada saat yang kadang tidak kita duga-duga. Ketika kita kemudian memikirkan ide tersebut lebih dalam, seringkali kita menemukan bahwa ide tersebut benar-benar brilian dan apabila kita realisasikan, ide tersebut akan menjadi sesuatu yang bagus atau besar. Saat itulah yang disebut sebagai "Eureka Moment". Dalam refrence.com, eureka moment diartikan sebagai:
A moment at which a person realizes or solves something
Ketika mengalami eureka moment, maka ide tersebut bukan lagi hanya sebuah kilatan. Ia berubah menjadi sebuah berlian. Berlian tersebut harus kita jaga agar tidak hilang. Untuk ide, agar tidak hilang, maka ide tersebut harus kita rekam atau langsung kita realisasikan. Jika tidak, maka kita akan kehilangan momentum eureka-nya. Permasalahannya, terkadang eureka moment itu muncul saat kita tidak bisa merealisasikan (misal saat di atas pesawat terbang atau saat nanggung lainnya - bahkan di WC - hehehe). Lalu, bagaimana kita menjaga momentum eureka?

Ada banyak cara orang-orang besar menindaklanjuti eureka moment yang mereka alami. Beberapa di antaranya adalah:
1. Merekam ide dalam bentuk suara di dalam voice recorder (atau di handphone mereka). Beberapa ide lebih mudah direpresentasikan dalam bentuk suara, misal apa yang harus diucapkan dalam pidato sambutan besok hari, kalimat pertama yang harus diucapkan ketika bertemu klien, ide lagu yang diciptakan, puisi, dan sebagainya.
2. Merekam ide dalam bentuk tulisan. Beberapa ide lebih mudah direpresentasikan dalam bentuk tulisan, seperti ide tentang bentuk warung yang akan dibuat, ide desain produk kita, ide formula yang akan digunakan dalam tesis, dan sebagainya.
3. Segera menghubungi orang yang bisa merealisasikan ide kita. Cara ini dulu pernah disampaikan supervisor saya ketika beliau mengisi kuliah Research Methodology. Kadang ketika beliau membimbing riset mahasiswa, tiba-tiba ada ide tentang riset mahasiswa. Ketika itu, maka yang beliau lakukan adalah segera menelpon mahasiswanya kemudian membicarakan ide tersebut.

Ide memang seperti kilat,
Dia bisa tiba-tiba muncul, lalu tiba-tiba hilang,
Ketika ide tersebut kita pikirkan lebih lanjut, maka ia berubah jadi berlian,
Jika tidak kita openi, maka dia juga akan hilang.

Rabu, 29 Januari 2014

Budaya daerah: pertahankan atau hilangkan?

Sebagai orang desa aktivis karang taruna (dulu), maka istilah "nguri-uri kabudayan" atau mempertahankan budaya adalah sebuah kata yang tertancap kuat di pikiran. Istilah itu sering disampaikan dalam rapat pemuda minggu legi terutama oleh penasehat (bapak-bapak). Yang selalu dikatakan adalah bahwa budaya Jawa adalah budaya adiluhung dan luhur (dalam kamus KBBI, adiluhung adalah tinggi mutunya, seni budaya yang bernilai dan wajib dipelihara).

Ada sesuatu yang senantiasa menggelayut di pikiran saya ketika itu: sebenarnya budaya Jawa itu yang mana to? Apakah semuanya baik dan harus dipertahankan?

Sebuah jawaban akhirnya saya dapatkan justru ketika saya kuliah di Malaysia. Salah seorang kawan orang Jogja yang juga kuliah di sana suatu saat bercerita bahwa budaya Jawa itu tertulis dalam sebuah kitab yang namanya serat centhini (padahal selama ini yang saya denger, serat centhini adalah bahwa kitab itu adalah kitab kamasutranya jawa... hehe). Serat centhini merupakan gambaran kebudayaan jawa yang ditulis dalam bentuk tembang jawa.

Sebuah budaya adalah cara hidup yang dikembangkan dan diakui dalam sebuah kelompok yang diwariskan dari generasi ke generasi. Proses pembuatannya lama dan berkembang sedikit demi sedikit bergantung pada agama, politik, kondisi sosial, dan lain-lain.

Menurut Hoenigman, budaya akan mempunyai 3 wujud yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak atau karya. Salah satu contoh gagasan dalam budaya Jawa adalah penghormatan kepada orang yang lebih tua, membungkukkan badan ketika lewat di depan orang lain, turun dari kendaraan ketika berbincang bincang dan lain-lain. Dengan kata lain, salah satu contoh gagasan dalam budaya jawa adalah apa yang kita sebut dengan konsep tata krama. Salah satu contoh aktivitas budaya Jawa adalah seperti yang dinyatakan oleh Suwardi Endraswara, yaitu bahwa orang Jawa adalah orang yang cenderung nrimo, mudah menerima segala sesuatu dengan hati legowo. Contoh dari artefak budaya jawa adalah cerita-cerita seperti kancil nyolong timun, lagu dolanan, dolanan anak dan sebagainya.

Dalam wujud pertama, yaitu gagasan (tata krama), budaya Jawa memberikan banyak sekali tuntunan yang berguna. Konsep tata krama yang diajarkan dalam budaya Jawa adalah sangat baik. Hanya saja, konsep menghormati yang tua terkadang membuat hubungan jadi superior-inferior, senior-junior, tidak setara. Konsep ini yang terkadang membuat orang yang lebih tua merasa lebih berpengalaman dan lebih layak didahulukan daripada yang muda, meksipun yang muda lebih baik darinya. Konsep ini sering membuat orang yang lebih tua tidak mau mendengarkan nasehat dari yang lebih muda. Dalam peribahasa bahkan disebut sebagai kebo nusu gudel. Hewan kebo (atau kerbau) dalam budaya Jawa dikonotasikan sebagai hewan yang dungu (seperti dalam plonga plongo koyo kebo - bodoh atau dungu).

Dalam wujud kedua, konsep nrimo memberikan nuansa tersendiri dalam hubungan orang Jawa dengan orang dari budaya lain. Salah seorang kawan bercerita ketika dia bekerja di Australi, bahkan bosnya memberikan cek kosong untuk orang Indonesia karena merasa senang sekali dengan sikap nrimo-nya, tidak banyak protes, dimarahi diem saja, dan sebagainya yang serupa dengan itu. Di satu sisi, memang ini satu kelebihan, tapi di sisi lain sikap nrimo ini membuat rata-rata orang Jawa jadi tidak mempunyai passion dan harga diri yang kuat. Banyak orang Jawa yang selama hidupnya nrimo dengan jadi penjual bakso ojek atau penjual es krim keliling dan bisnisnya stagnan tidak berkembang (di tempat saya banyak sekali yang jualan sejak dulu saya SD, sampai sekarang juga masih sama). Di satu sisi, nrimo membuat mereka bersyukur alhamdulillah bahwa mereka masih bisa hidup dan membiayai anaknya. Di sisi lain, nrimo justru membuat mereka terjebak pada sesuatu yang seharusnya mereka bisa lebih baik.

Dalam wujud ketiga, dolanan anak memberikan banyak sekali manfaat: interaksi sosial, kecerdikan, aktivitas fisik, dan lain-lain. Akan tetapi, dalam wujudnya sebagai cerita rakyat dan tembang-tembang, banyak yang perlu dikritisi. Cerita kancil nyolong timun misalnya. Cerita ini justru mengajarkan kita bahwa orang yang mencuri (kancil) adalah orang yang cerdik. Contoh yang lain misalnya lagu menthok:
menthok menthok tak kandhani, mulakumu angisin-isini, mbok yo ojo ngetok ono kandhang wae, enak-enak ngorok ora nyambut gawe. menthok-menthok mulakumu gawe guyu 
Dulu ketika saya kecil, saya seneng sekali menyanyikan lagu ini dan tertawa ketika melihat menthok yang jalannya megal-megol. Tapi saya mulai berfikir lagu ini ketika saya jadi interpreter dalam sebuah seminar internasional bertema "mobility and health" yang menyadarkan bahwa banyak sekali orang cacat di dunia ini. Lagu tersebut secara tidak langsung menyindir orang-orang cacat tersebut "ngisin-isini" atau memalukan. Karena memalukan, mereka lebih baik tinggal saja di rumah mereka, tidur dan tidak bekerja. Ah, kasian.

Dalam cerita yang lain seperti cerita timun mas. Menurut saya, cerita itu justru mengajarkan ketidakbaikan seperti (1) Mbok rondho yang pengen punya anak tapi bukannya berusaha mencari suami dan mohon kepada Allah, malah meminta bantuan buto ijo, (2) Mbok rondho yang ingkar terhadap janjinya yang akan memberikan timun mas pada buto ijo ketika usia timun mas 16 tahun, (3) Mbok rondho yang meminta bantuan dukun untuk melawan buto ijo.

Ah, apakah kita tetap mau mempertahankan cerita-cerita itu dan mau mengajari anak kita untuk cerdik dengan mencuri, tidak ikhtiar tapi mencari bantuan kepada jin dan setan, mengajari untuk ingkar janji dan meminta bantuan dukun? Maaf, kalau saya kok tidak....

Demikian sedikit catatan saya tentang budaya terutama budaya Jawa. Mohon kritisinya....

Selasa, 28 Januari 2014

Kredit atau Cash?

Kredit untuk beli mobil

Suatu hari, ibu saya cerita tentang salah seorang guru baru di sekolah beliau yang menurut ibu "berani" karena baru jadi guru tapi "berani" berhutang untuk beli mobil. Ibu pun kemudian menasehati saya untuk "berani" seperti mas guru tersebut, yaitu berhutang untuk beli mobil.

Barangkali secuil kisah tersebut juga terjadi di dalam kehidupan anda. Di masyarakat, seseorang dikatakan mapan (atau kaya) ketika sudah punya rumah dan beli mobil. Itulah kenapa, posisi PNS adalah posisi yang diidamkan (apalagi oleh orang2 di desa). Dengan jadi PNS (apapun posisinya), seseorang akan dengan mudah bisa mengajukan kredit ke bank meskipun kemudian gaji yang diterimanya jadi kecil sekali atau dalam beberapa kasus justru malah minus.

Bijakkah kredit untuk membeli mobil?

Salah seorang kawan memberikan jawaban yang cukup cespleng. Jawabannya tergantung. Jika mobil yang dibeli digunakan untuk keperluan usaha, maka beli mobil dengan kredit masih masuk akal, tapi jika beli mobil hanya untuk keperluan pribadi, maka itu benar-benar rugi. Dengan membeli mobil secara kredit, maka total uang yang harus dibayarkan bisa jauh lebih besar dari harga beli cash-nya. Ketika mobil tersebut lunas, maka nilai jual mobilnya sudah jauh di bawah total nilai uang yang dikeluarkan. Sedikit contoh, jika kita ingin membeli sebuah mobil dengan harga 250 juta, maka dengan menggunakan simulasi di astracreditcompanies.com/credit_simulations, maka kalau saya ambil jangka watku pembayaran terlama yaitu 4 tahun, maka rinciannya adalah:
- uang muka: 77.120.000
- kredit per bulan: 6.070.000

Dengan hitungan seperti itu, maka total biaya yang harus dikeluarkan untuk mobil tersebut adalah sebesar 368.480.000. Kalau dibandingkan harga mobil awal yang hanya 250 juta, maka selisihnya 118,48 juta. Hampir separuhnya!!!!

Ketika mobil tersebut dijual pada waktu lunas (4 tahun kemudian), apakah nilainya kira2 lebih mahal dari 368.480.000? Tentu saja jauh lebih murah. Bahkan bisa separuh atau mungkin seperempatnya.

Kredit untuk membeli rumah atau tanah?
Untuk kasus tanah atau rumah, ceritanya beda lagi. Tanah dan rumah adalah aset yang cenderung tidak akan pernah surut. Harganya biasanya naik atau paling tidak tetap. Harga tanah atau rumah akan naik dengan pesat jika ada faktor-faktor pemicu seperti dibangun fasilitas tertentu seperti kampus universitas besar atau akan dibangun bandara, terminal, dan lain-lain.

Sebagai contoh, saya pernah membeli sepetak tanah kecil ukuran 10x10 dengan harga 14 juta (140 ribu per meter). Karena di sekitar tanah tersebut akan dibangun tol dan karena ada tol kemudian banyak industri dan perumahan, maka dalam waktu kurang dari sebulan, harganya sudah naik jadi 45 juta (450 ribu per meter).

Jika memang kita kredit untuk beli tanah atau rumah, maka harganya akan naik (naik pesat atau tidak tergantung faktor X). Dalam simulasi KPR di bca, harga rumah awal 200 juta dengan uang muka 60 juta, diangsur selama 4 tahun, maka total biaya yang harus dikeluarkan adalah 229 jutaan. Dalam waktu 4 tahun, harganya sudah pasti di atas nilai ini.

Kredit atau cash?
Kesimpulan sementara, kredit untuk membeli tanah atau rumah memang menarik, tapi kita perlu menilik juga pertanyaan yang lebih mendasar yaitu kredit atau cash?

Dalam surat Al Baqarah: 282, Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, jika jamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
Ayat tersebut menjadi dalil diperbolehkannya hutang piutang (kredit) dalam bermuamalah (misal jual beli). Dalam hadis muttafaq 'alayh, diceritakan bahwa Rasulullah membeli sebagian bahan makanan dari seorang Yahudi dengan pembayaran dihutang, dan beliau menggadaikan perisai beliau. Hadis ini menjadi dalil diperbolehkannya berhutang dengan memberikan jaminan. Dengan demikian, kesimpulan sementaranya: kredit itu boleh (sekali lagi - kesimpulan sementara).

Dalam Hadis riwayat Ahmad (II/342, 375, 503) dan Baihaqi (VIII/242/211) - shahih - dijelaskan bahwa Rasulullah melarang dua harga jual dalam satu penjualan. Baihaqi mengatakan bahwa Ibnu Atha' menjelaskan: jika penjual mengatakan "itu barang untukmu seharga 10 jika kontan, dan seharga 20 jika ada penundaan".

Karena model kredit sekarang persis seperti yang dijelaskan di atas, yaitu jika cash harganya tertentu dan jika kredit harganya sudah beda, maka model kredit yang dianut sekarang adalah model yang tidak diperbolehkan oleh Rasulullah (penjelasan lebih rinci bisa dilihat di http://jacksite.wordpress.com/2007/06/19/hukum-jual-beli-kredit-dalam-islam/ dan di http://www.konsultasisyariah.com/hukum-jual-beli-kredit/). (So, kesimpulannya: kredit model sekarang - yang riba - itu terlarang).

Jadi, jika kita memang benar-benar kepepet dan membutuhkan duit untuk membeli sesuatu, atau jika harus membayar di belakang dalam pembelian, maka berhutang itu diperbolehkan dan seharusnya mencari yang tanpa riba. Tapi seandainya duit itu tidak sangat mendesak, maka sebaiknya mengerem dulu sambil berdo'a kepada Allah semoga Allah memberikan solusi untuk bisa membeli barang tersebut secara cash.

Bagi saya, Allah tahu yang kita butuhkan. Allah pasti akan memberikan sesuatu kepada kita ketika kita butuh, bukan ketika kita ingin. Ketika kita ingin tapi belum bisa mendapatkan barang tersebut, berarti kita belum butuh. As simple as that.

Sebagai penutup tulisan ini, ijinkan saya mengutip sebuah hadis riwayat Ahmad (23074) yang meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah azza wa jalla kecuali Allah menggantikan untukmu dengan sesuatu yang lebih baik?
So.... kredit atau cash? :D

Sedekah dan kaya?

Sedekah dan kaya? Adakah hubungannya?

Kalau anda memberikan pertanyaan tersebut 20 tahun yang lalu, maka mungkin orang-orang akna menjawab bahwa tidak ada hubungannya antara kekayaan dan sedekah. Keyakinan yang tertanam waktu itu adalah hemat pangkal kaya. Orang akan bisa kaya kalau ngirit atau bahkan pelit. Kalau orang itu loyal, apalagi banyak sedekah, maka bisa dipastikan mereka tidak akan kaya.

Tapi kalau anda memberikan pertanyaan yang sama dalam beberapa tahun belakangan, maka pasti hampir sebagian besar mengatakan bahwa sedekah ada hubungannya dengan kekayaan. Masih ingat kan dengan posting saya sebelumnya tentang kisah sedekah televisi di suatu pagi? Beberapa hari yang lalu, salah seorang kawan yang datang ke rumah juga cerita tentang bisnis spreinya yang lancar gara-gara bersedekah pada program yang dilancarkan oleh UNICEF.

Jadi, mana yang bener? Hemat pangkal kaya atau sedekah pangkal kaya?

Jawaban yang paling tepat adalah: wallahu a'lam.

Beberapa hari yang lalu, saya terhenyak dengan status salah seorang sahabat saya yang luar biasa. Beliau sekarang adalah seorang kepala sekolah di sebuah sekolah Muhammadiyah di kaki gunung nun jauh di sana. Dalam kondisi lingkungan yang serba terbatas dan jauh dari kota, sebuah batu permata kehidupan justru terasah dengan sangat baik. Dalam sebuah komentar yang beliau tulis di status beliau, beliau mengatakan
Nabi kaya raya di waktu muda.. menjelang wafat, beliau ndak punya apa-apa..sampai menjual baju perang ke org yahudi. Bahkan setelah wafat, ndak punya tinggalan warisan. Hartanya berangsur habis setelah usia 40 (masa kerasulan). Jadi kalau berjuang kok masih kaya raya, berarti perjuangannya ndak totalitas. Ha ha ha...mengada ada.
Komentar beliau memang tidak ada hubungannya dengan sedekah. Komentar itu adalah tentang sebuah perjuangan yang tidak kenal lelah. Tapi komentar itu di sisi lain juga menyadarkan saya bahwa Rasulullah adalah  adalah orang yang sangat dermawan, sangat banyak sedekahnya, tapi tidak mempunyai harta yang beliau simpan, pun untuk beliau wariskan. Kalau melihat perintah dari Allah dalam QS Al Anfal ayat 1, maka seharusnya beliau berhak atas harta rampasan perang. Dalam seperlima harta rampasan dalam perang Hunain yang menjadi hak beliau, jumlahnya adalah 8000 ekor domba, 4800 ekor unta, dan 30 gram perak.

Kemana harta sebanyak itu? Ya Allah, beliau sedekahkan.

Jika kita pakai logika orang sekarang, maka seharusnya Rasulullah adalah orang yang sangat kaya. Banyak orang yang sedekah karena mengharapkan kembalian harta yang lebih banyak dari harta yang dia sedekahkan. Iming-iming yang diyakini adalah paling tidak satu satuan akan dibalas 10 satuan (atau lebih banyak lagi). Mereka sedekah 1 juta dengan mengharapkan suatu saat akan mendapat kembalian dari Allah sebanyak 10 juta. Dengan logika seperti ini, seharusnya Rasulullah adalah orang yang sangat kaya karena paling tidak akan mendapatkan kembalian sebanyak 80 ribu domba, 48 ribu onta, dan 300 gram emas. Tapi apa yang beliau punya? Bahkan ketika meninggal pun beliau hanya mempunyai sebuah rumah yang sangat kecil dan sederhana, beberapa potong pakaian yang tidak baru lagi, dan sebuah baju besi yang sedang dijaminkan pada seorang Yahudi.

Artikel di milis assunnah yang diambil dari dakwahsunnah.com tiga hari yang lalu memberikan jawaban baru tentang pertanyaan sedekah dan kaya ini. Dalam surat Al Baqarah 155-158, Allah berfirman bahwa Allah akan menguji dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Di akhir ayat, Allah berfirman bahwa orang yang sabar, yang mengucapkan bahwa mereka adalah milik Allah dan akan kembali kepadaNya, akan mendapatkan tiga keutamaan sekaligus, yaitu (1) mendapatkan shalawat dari Allah, (2) rahmat Allah, dan (3) petunjukNya. Tidak pernah Allah mengumpulkan tiga keutamaan sekaligus dalam satu ayat kecuali dalam ayat ini. Ini menunjukkan bahwa cobaan adalah bagian dari jalan dari Allah untuk memuliakan seseorang.

Selain itu, dalam hadis Tirmizi no 2576 (dishahihkan oleh Al Albani), Rasulullah SAW bersabda
Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Siapa yang ridho, maka baginya keridhoan Allah, dan siapa yang murka dengan ujian tersebut, maka baginya kemurkaan Allah.
Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda
Barangsiapa yang diinginkan Allah kebaikannya, maka Allah akan mengujinya
Orang yang bersedekah dengan ikhlas, maka secara logika dia adalah orang yang semakin mendekat kepada Allah. Jika Allah menginginkan kebaikan atas orang yang bersedekah tersebut, maka Allah akan mengujinya, dan ujian yang Allah berikan dalam ayat di atas adalah berupa kekurangan. Dengan ujian tersebut, Allah menjadikan seseorang memungkinkan mendapatkan pahala yang sangat besar (sesuai kadar beratnya musibah) dan mendapatkan tiga keutamaan sekaligus dengan kesabarannya.

Jadi? Sedekah dan kaya? Apakah ada hubungannya? Wallahu a'lam.

Sabtu, 25 Januari 2014

Ndak punya televisi? Siapa takut?


Ketika di sosial media pada rame ngomongin tentang penolakan salah satu program di TV swasta, termasuk ketika pada ngomongin tentang beberapa goyangan yang kontroversial, saya blas tidak paham. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan karena saya tidak punya televisi di rumah. Ketika sedang ngobrolin acara ini dengan kawan2 dan kemudian saya bilang saya tidak paham karena tidak punya TV, reaksinya kebanyakan hampir sama: "beneran?"

Saya memutuskan untuk tidak punya televisi sejak saya menikah. Akan tetapi, komitmen itu kemudian gagal karena ada kawan yang termotivasi oleh Ustadz YM dan kemudian pada suatu pagi menyedekahkan satu2nya televisi mereka ke kami. Ketika saya sekolah ke Malaysia dan saya bawa anak istri ke sana, komitmen itu saya mulai bangun lagi, tapi akhirnya gagal juga karena istri saya merasa penat di rumah dan perlu hiburan. Ketika kami balik ke Indonesia, komitmen itu pun mulai saya bangun lagi dan hampir gagal lagi karena istri merasa butuh tahu berita karena kuliah di S2 hukum. Karena berita di televisi juga ndak begitu banyak, maka saya memberikan alternatif yang cespleng, yaitu dengan membuatkan akun twitter untuk istri saya kemudian saya follow ke beberapa kanal berita. Televisi yang dulu dikasihkan temen saya saya kasihkan lagi ke pos ronda di sebelah rumah, mungkin saja malah lebih bermanfaat.

Cobaan datang lagi ketika anak kami merengek-rengek minta televisi karena ada tivi di tempat simbah2nya. Hal yang mengkhawatirkan kami adalah: ketika anak-anak di tempat simbahnya, perhatian mereka banyak tertuju ke televisi, jarang untuk bermain dengan benda fisik. Kami kemudian mengambil jalan lain seperti yang dilakukan terhadap kebutuhan terhadap berita, yaitu dengan memanfaatkan internet. Kami berfikir bahwa memang anak kami perlu hiburan, tapi hiburan tidak harus dari TV, ada internet yang materi-nya bahkan lebih memungkinkan untuk kami saring terlebih dahulu. Kami download beberapa film anak baik dari youtube maupun dari viooz kemudian di sore hari memutarkannya untuk mereka.

Dengan pola seperti ini, alhamdulillah akhirnya terucap dari istri saya: "untung gak punya tivi". Hahahaha.... Dengan menggunakan twitter, justru dia memperoleh update berita dari banyak kanal tidak harus dalam hitungan jam, tapi bahkan dalam menit maupun detik, langsung ke hapenya. Dalam sehari, justru porsi berita yang didapatnya bisa lebih banyak daripada kalau harus nonton tivi. Dengan mendownload film untuk anak-anak, maka kami lebih bisa mengontrol kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh anak kami dan juga mengontrol materi yang boleh mereka tonton.

Saat ini, hampir semua acara yang muncul di televisi juga diupload di youtube. Jadi, kalau ada acara tivi yang ingin dilihat tidak perlu punya tivi, tapi bisa di youtube (meskipun kalah duluan dengan yang punya tivi).

Dengan internet, justru resource yang didapatkan bisa lebih banyak, karena bisa didapatkan resource dari luar negeri yang bagus seperti discovery channel, national geographic, vsauce, ted dan lain-lain.

Makin bersyukur tidak punya tivi....