Sabtu, 25 Januari 2014

Ndak punya televisi? Siapa takut?


Ketika di sosial media pada rame ngomongin tentang penolakan salah satu program di TV swasta, termasuk ketika pada ngomongin tentang beberapa goyangan yang kontroversial, saya blas tidak paham. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan karena saya tidak punya televisi di rumah. Ketika sedang ngobrolin acara ini dengan kawan2 dan kemudian saya bilang saya tidak paham karena tidak punya TV, reaksinya kebanyakan hampir sama: "beneran?"

Saya memutuskan untuk tidak punya televisi sejak saya menikah. Akan tetapi, komitmen itu kemudian gagal karena ada kawan yang termotivasi oleh Ustadz YM dan kemudian pada suatu pagi menyedekahkan satu2nya televisi mereka ke kami. Ketika saya sekolah ke Malaysia dan saya bawa anak istri ke sana, komitmen itu saya mulai bangun lagi, tapi akhirnya gagal juga karena istri saya merasa penat di rumah dan perlu hiburan. Ketika kami balik ke Indonesia, komitmen itu pun mulai saya bangun lagi dan hampir gagal lagi karena istri merasa butuh tahu berita karena kuliah di S2 hukum. Karena berita di televisi juga ndak begitu banyak, maka saya memberikan alternatif yang cespleng, yaitu dengan membuatkan akun twitter untuk istri saya kemudian saya follow ke beberapa kanal berita. Televisi yang dulu dikasihkan temen saya saya kasihkan lagi ke pos ronda di sebelah rumah, mungkin saja malah lebih bermanfaat.

Cobaan datang lagi ketika anak kami merengek-rengek minta televisi karena ada tivi di tempat simbah2nya. Hal yang mengkhawatirkan kami adalah: ketika anak-anak di tempat simbahnya, perhatian mereka banyak tertuju ke televisi, jarang untuk bermain dengan benda fisik. Kami kemudian mengambil jalan lain seperti yang dilakukan terhadap kebutuhan terhadap berita, yaitu dengan memanfaatkan internet. Kami berfikir bahwa memang anak kami perlu hiburan, tapi hiburan tidak harus dari TV, ada internet yang materi-nya bahkan lebih memungkinkan untuk kami saring terlebih dahulu. Kami download beberapa film anak baik dari youtube maupun dari viooz kemudian di sore hari memutarkannya untuk mereka.

Dengan pola seperti ini, alhamdulillah akhirnya terucap dari istri saya: "untung gak punya tivi". Hahahaha.... Dengan menggunakan twitter, justru dia memperoleh update berita dari banyak kanal tidak harus dalam hitungan jam, tapi bahkan dalam menit maupun detik, langsung ke hapenya. Dalam sehari, justru porsi berita yang didapatnya bisa lebih banyak daripada kalau harus nonton tivi. Dengan mendownload film untuk anak-anak, maka kami lebih bisa mengontrol kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh anak kami dan juga mengontrol materi yang boleh mereka tonton.

Saat ini, hampir semua acara yang muncul di televisi juga diupload di youtube. Jadi, kalau ada acara tivi yang ingin dilihat tidak perlu punya tivi, tapi bisa di youtube (meskipun kalah duluan dengan yang punya tivi).

Dengan internet, justru resource yang didapatkan bisa lebih banyak, karena bisa didapatkan resource dari luar negeri yang bagus seperti discovery channel, national geographic, vsauce, ted dan lain-lain.

Makin bersyukur tidak punya tivi....

4 komentar:

  1. No TV tp Streamingan mas .. :D

    BalasHapus
  2. Hahaha... semacam itu lah... tapi apa yg distreaming kan bisa dipilih... :D

    BalasHapus
  3. sejak punya kulkas (pertengahan desember) di rumah kontrakanku tv off sampai saat ini karena kudu menghemat percabangan colokan listrik (biar aman tidak kongslet) mau buat jalur listrik buat tv masih males :D
    alhamdulillah enjoyable juga tad... :D
    ijin share tad..

    BalasHapus
  4. Burhan: alhamduilllah... monggo... kalau mau share di fesbuk sudah ada link share-nya

    BalasHapus