Bagi kawan-kawan yang tinggal di daerah perumahan, pengolahan sampah biasanya tidak akan jadi masalah yang terlalu besar. Di daerah perumahan, biasanya sudah ada pemulung yang akan berkeliling setiap hari tertentu. Warga perumahan biasanya hanya cukup membayar sebanyak sekian ribu setiap bulannya kepada pemulung sampah tersebut.
Masalahnya berbeda jika rumah kita tidak di lokasi perumahan (misalkan di desa). Pengelolaan sampah non-perumahan biasanya dilakukan secara mandiri. Karena halaman belakang rumah-rumah di desa biasanya masih luas, maka yang dilakukan biasanya adalah dengan membuat "jugangan" atau lubang tanah tempat menampung sampah. Jika sudah penuh, maka jugangan ini ditutup tanah kemudian dibuat jugangan di tempat lain.
Metode jugangan ini kelihatan bisa menyelesaikan masalah karena sampah tidak lagi berhamburan, dan apabila ditutup tanah, maka akan terjadi penguraian. Akan tetapi, perlu disadari bahwa plastik dan bahan-bahan semacamnya akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk bisa terurai. Dengan demikian, penimbunan jugangan bukannya memberikan waktu sampah untuk terurai, tapi justru malah membuat pencemaran tanah.
Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah menjual kembali plastik sampah. Akan tetapi, masalah lain timbul yaitu tidak semua plastik disukai pemulung. Yang disukai hanya sekitar botol plastik, gelas plastik, dan saudara-saudaranya. Sangat jarang sekali ada pemulung yang mau menerima plastik kresek bekas atau bahkan plastik putih bekas.
Solusi yang kami buat untuk rumah kami terhadap permasalahan sampah ini adalah dengan membuat bak-bak sampah yang terbagi menjadi 3, yaitu (1) sisa makanan, (2) bahan-bahan mudah terbakar, dan (3) bahan-bahan organik. Sampah pertama yaitu sisa makanan kalau bisa dimanfaatkan dengan diberikan kepada ayam atau kalau punya, ikan lele. Sampah yang mudah terbakar dikumpulkan di satu tempat untuk kemudian dibakar setiap sore. Sampah yang berupa bahan organik dikumpulkan di jugangan agar bisa jadi kompos.
O ya... manajemen sampah ini harus disosialisasikan ke seluruh anggota keluarga lho... Diperlukan kedisiplinan semua anggota keluarga agar pengelolaan sampah mandiri ini bisa berhasil.
Selamat mencoba...
sama seperti di tempat kos saya. karena ibu kos ga iuran uang smpah, walhasil sampah harus dibakar sendiri. yang jadi masalah adalah sampah pampers. ga boleh dibakar sama ibu kos, disuruh timbun saja. Tetapi karena menimbun pampers begitu saja tidak akan membuatnya terurai, jadinya saya harus buat jugangan (sendiri) di halaman belakang, membakarnya, kemudian baru menimbunnya. Mungkin ada saran lain yang bisa saya terapkan untuk mengakali sampah pempers ini? :D
BalasHapus